Minggu, 27 Desember 2015

Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah, Kerangka Karangan (TUGAS BULAN 3)


TUGAS BULAN 3















1. Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah
2. Kerangka Karangan













Nama   : Erianti Anggraini
NPM   : 12113919
Kelas   : 3KA17





UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA 2015/2016








BAB I


PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Suatu Infomarsi tidak hanya di dapat pada berita maupun Koran. Suatu Karangan Tulis Ilmiah adalah salah satu tujuan untuk mendapatkan informasi dari pengujian dan penelitian sebuah tujuan tertentu. Karangan Tulis Ilmiah, dapat membantu seorang penulis berfikir lebih luas karena menjaminkan si penulis lebih konseptual dan terarah.
Dalam suatu Karangan Ilmiah, tentu saja terdapat struktur yang harus di aplikasikan agar suatu Karangan Ilmiah tidak keluar dari topik atau pembahasan yang dituju.
Salah satu nya adalah “Kerangka Karangan”, yang menunjukan pola suatu Karangan Ilmiah dapat ditulis dan menghasilkan suatu Karangan Ilmiah yang baik dan benar.

1.2.  Rumusan Masalah
Bagaimana cara membuat suatu Karangan Ilmiah dengan struktur dan Kerangka Karangan yang benar.

1.3.  Tujuan Penulisan
1.     Dapat membuat suatu Karangan Ilmiah dengan pola yang tersruktur
2.     Dapat mengetahui apa saja struktur – struktur tersebut.
3.     Mengetahui suatu tujuan dari pembuatan Karangan Ilmiah tanpa keluar dari tujuan pembuatan Karangan Ilmiah tersebut.




BAB II

PEMBAHASAN
PERENCANAAN PENULISAN KARANGAN ILMIAH

1.1  Pengertian Karangan Ilmiah / Karya Tulis Ilmiah
Karangan Ilmiah atau Karya Tulis Ilmiah merupakan hasil dari penulisan yang diambil dari pengamatan, pengujian, ataupun penelitian tertentu dan menjadi suatu bentuk semacam makalah, proposal, skripsi, dll. Suatu Karangan Ilmiah yang baik dan benar bersifat informatif.

1.2  Ciri – Ciri Karangan Ilmiah
·      Logis, yaitu segala keterangan yang disajikan dapat diterima akal sehat.
·      Sistematis, yaitu segala yang dikemukakan disusun dalam urutan yang berkesinambungan.
·      Objektif, yaitu disajikan apa adanya.
·      Tuntas, yaitu semua masalah dikupas secara terperinci dan lengkap.
·      Kebenaranya dapat diuji.
·      Berlaku umum bagi semua populasi.
·      Memakai bahasa yang baku sesuai kaidah bahasa.

1.3  Perencanaan Penulisan Ilmiah
A.    Pemilihan Topik
Pemilihan Topik merupakan hal terpenting dalam penulisan ilmiah, karena Pemilihan Topik menentukan batasan-batasan isi atau permasalahan yang akan dibahas selanjutnya. Dalam memilih topik karya ilmiah, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :


1)    Topik sebaiknya dicari yang sesuai dengan bidang karena masalah itu yang paling dikuasai.
2)    Cermati bagaimana isi dari tulisan-tulisan itu: gagasan, pengembangan dan pengorganisasian gagasan dan bahasa.
3)    Topik sebaiknya dicari yang sesuai dengan bidang karena masalah itu yang paling dikuasai.
4)    Topik yang dipilih hendaknya menarik untuk dikaji.
5)    Topik jangan terlalu luas dan terlalu sempit.
6)    Topik yang dikaji hendaknya ada manfaatnya untuk menambah ilmu pengetahuan atau berkaitan.

B.    Pembatasan Topik
Bagi penulis harus bisa membatasi topik yang akan dibuatnya. karena harus betul-betul yakin bahwa jenis topik yang dipilihnya cukup dan terbatas sebab ketika membuat jenis topik yang akan dibuatnya apakah sudah ada atau belum sehingga topik yang dibuatnya dapat terfokus.

C.   Pemilihan Judul
Dimana akan menggambarkan tingkat kedalaman dan cakupan dari sebuag penelitian yang akan dibahas. Bagi pembaca, judul akan dianggap memiliki bobot dari sebuah hasil penelitian yang ditulis, tidak sembarang menggunakan nama judul penelitian bahkan merupakan gambaran jenis mutu tulisan yang akan dikerjakannya.

D.   Menentukan Tujuan Penulisan
Istilah menetapkan tujuan penulisan yaitu menyampaikan maksud dari gagasan penulisan atau penelitian yang akan di buat, sehingga pembaca dapat mengetahui manfaat yang diperoleh dari isi tersebut. sering kali penulis memberikan tujuan yang sangat luas sedangkan dalam pembuatan ada batasan jadi topik yang dibahas akan keluar dari apa yang sudah dibataskan.

E.    Menentukan Kerangka Karangan
Penulisan akan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan dibuatnya karangan ilmiah tersebut, Kerangka akan membuat supaya tidak melenceng terlalu jauh lagi sehingga kerangka merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu tulisan. Disusun dengan cara sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur.
Fungsi dari kerangka karangan itu:
·      Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
·      Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan tulisan dalam sekilas pandang.
·      Memudahkan penulis menciptakan puncak klimaks yang berbeda-beda.
·      Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih.
·      Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangkan, penulis lebih mudah untuk mengembangkan apa yang ingin dijabarkan.

F.    Langkah-Langkah Penulisan Ilmiah
Metode penelitian dan pengembangan menulis karya ilmiah merupakan suatu cara dengan pelaksanaan secara sistematis dan objektif yang mengikuti aturan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1)    Melakukan observasi dan menetapkan masalah dan tujuan.
“Langkah awal dalam penulisan ilmiah yaitu melakukan pengamatan atas objek yang diteliti dan menetapkan masalah dan tujuan yang akan diteliti.”

2)    Menyusun hipotesis.
“Dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari objek penelitian.”
3)    Menyusun rancangan penelitian.
4)    Melaksanakan percobaab berdasarkan metode yang direncanakan.
“Kegiatan nyata dari proses penelitian dalam bentuk uji percobaan terkait penelitian yang dilakukan.”
5)    Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data.
6)    Menganalisis dan menginterprrestasikan data.
“Menjelaskan segala kondisi yang terjadi pada saat pengamatan atau penelitian.”
7)    Merumuskan kesimpulan.
“Menarik kesimpulan dari semua proses percobaan, pengamatan, penganalisaan dan penginterprestasian terhadap objek penelitian.”
8)    Melaporkan hasil penelitian.
“Merupakan proses yang telah menyusun sebuah karya tulis ilmiah yang akan memberikan manfaat bagi pembaca.”




KERANGKA KARANGAN

2.1 Definisi Kerangka Karangan
            Kerangka Karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.

2.2 Manfaat Kerangka Karangan
Adapun manfaat kerangka karangan secara umum adalah untuk menyusun karangan secara teratur. Selain itu ada beberapa manfaat kerangka karangan, antara lain :
A.   Mempermudah pembahasan tulisan.
B.    Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.
C.    Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
D.   Memudahkan penulis mencari materi tambahan.
E.    Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
F.    Memudahkan penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda.

2.3 Penyusunan Kerangka Karangan
            Pola Susunan Kerangka Karangan Menurut Para Ahli Bahasa Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur, biasanya dipergunakan beberapa cara atau tipe susunan. Pola susunan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis. Pola alamiah dan suatu kerangka karangan biasanya didasarkan atas urutan – urutan kejadian, atau urutan – urutan tempat atau ruang. Sebaliknya pola logis walaupun masih ada sentuhan dengan keadaan yang nyata, tetapi lebih dipengaruhi oleh jalan pikiran manusia yang menghadapi persoalan yang tengah digarap itu.
A.  Pola Alamiah
Susunan atau Pola Alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka – karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah itu didasarkan pada ketiga (atau keempat) dimensi dalam kehidupan manusia: atas – bawah, melintang – menyebrang, sekarang – nanti, dulu – sekarang, timur – barat, dan sebagainya. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu (urutan kronologis), urutan berdasarkan ruang (urutan spasial), dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada.

1)    Urutan Waktu (Kronologis)
Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang didasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Yang paling mudah dalam pola urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut urutan kejadiannya atau berdasarkan kronologinya; peristiwa yang satu mendahului yang lain, atau suatu peristiwa mengikuti peristiwa yang lain. Sering suatu peristiwa hanya akan menjadi penting bila dilihat dalam rangkaian dengan peristiwa-peristiwa lainnya. Biasanya peristiwa yang pertama sama sekali tidak menarik perhatian, sampai rangkaian kejadian itu mengalami perkembangan.

Suatu corak lain dan urutan kronologis yang sering diper-gunakan dalam roman, novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adaiah suatu variasi yang muiai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan sorot-balik (flash¬back) sejak awal mula perkembangan hingga titik yang mene¬gangkan tadi. Uraian selanjutnya mencakup perkembangan sesudah apa yang dikemukakan daiam bagian pertama yaitu titik yang menegangkan tadi.

Urutan kronologis adaiah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu-satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah. Sering, terutama daiam menjelaskan suatu proses, urutan ini merupakan cara yang esensial.

2)    Urutan Ruang (Spasial)
Urutan Ruang atau Urutan Spasial menjadi landasan yang paling penting, bila topik yang diuraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat. Urutan ini terutama digunakan daiam tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif. Pembaca akan mengikuti jalan pikiran penulis dengan teratur seandainya penulis muiai menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya.
Uraian tentang kepadatan penduduk suatu daerah dapat dikemukakan dengan landasan urutan geografis (dari timur ke barat, atau dari utara keselatan);deskripsi mengenai sebuah gedung bertingkat dapat dilakukan dari tingkat pertama berturut- turut hingga tingkat terakhir; observasi terhadap candi Borobudur dgpat dilakukan dari tingkat atau teras terbawah berturut-turut hingga teras teratas, dengan mengikuti arah jarum jam.

3)    Topik yang Ada
Suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan daiam pola alamiah adaiah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu barang, hal, atau peristiwa sudah dikenal dengan bagian-bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian-bagian itu harus dijelaskan berturut-turut daiam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian-bagiannya itu.
Laporan keuangan selalu akan terdiri dari dua bagian yaitu pemasukan dan pengeluaran, dengan tidak mempersoalkan mana yang didahulukan dan mana yang diuraikan kemudian. Perserikatan Bangsa-Bangsa terdiri dari beberapa badan. Penulis boleh mengurutkan bagian-bagian itu tanpa implikasi bahwa yang diuraikan lebih dahulu itu merupakan bagian yang lebih penting dari bagian yang diuraikan kemudian.

B.  Pola Logis
Sering terdengar ucapan ’’Manusia adalah hewan yang berakal budi”. Berarti manusia mempunyai suatu kesanggupan lebih dari hewan- hewan lainnya yaitu sanggup menanggapi segala sesuatu yang berada di sekitarnya dengan kemampuan akal budinya. la mencoba mencari hubungan-hubungan antara bermacam-macam peristiwa.
Kemampuan budinya itu tercermin pula dalam usaha menyusun suatu uraian sesuai dengan tanggapannya. Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu dituang dalam suatu susunan atau umtan logis. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Sebenarnya semua topik yang diurutkan dalam suatu hubungan yang logis itu bertolak dari topik-topik yang sudah ada. Namun topik yang sudah ada itu oleh penulis dicarikan hubungannya satu sama lain, diberikan tanggapan dan diberi ciri- ciri tertentu.

Macam-macam Urutan Logis yang dikenal adalah:

1)    Urutan Klimaks dan Anti Klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini disebut klimaks. Dalam urutan klimaks pengarang menyusun bagian – bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepen- tingannya, bertingkat-tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian.
Urutan yang merupakan kebalikan dan klimaks adalah anti klimaks. Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur – angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya. Urutan ini hanya efektif kalau topik – topik yang dikemukakan itu berupa hal – hal yang konkret, misalnya: hirarki pemerintahan, hirarki jabatan, dan sebagainya.
Sebaliknya untuk menguraikan gagasan-gagasan yang abstrak maka urutan anti- klimaks akan menimbulkan kesulitan karena tidak menarik perhatian; kalau sesuatu yang penting telah dikemukakan maka hal-hal yang penting tidak akan menarik lagi.
Dasar dari urutan ini adalah bahwa orang tidak akan menaruh perhatian lagi terhadap hal-hal yang kurang penting seandainya hal yang paling penting sudah dikemukakan lebih dahulu. Kekecewaan orang terhadap anti – klimaks disebabkan oleh kegagalan menempatkan bagian yang paling penting atau yang paling tinggi pada tempat yang tepat.

2)    Urutan Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat ke sebab. Pada pola yang pertama suatu masalah dianggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat – akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan – persoalan yang dihadapi umat manusia pada umumnya.
Sebaliknya, bila suatu masalah dianggap sebagai akibat, yang dilanjutkan dengan perincian – perincian yang berusaha mencari sebab – sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat – sebab. Mengapa seorang ditangkap?
Karena melakukan korupsi. Jadi persoalan pertama yang dikemukakan adalah peristiwa penangkapan itu sendiri yang dianggap sebagai akibat, kemudian penulis berusaha mencari sebab – sebabnya yang dikemukakan dalam tindakan korupsi. Cara ini merupakan cara yang paiing umum.

3)    Unitan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah te;ientu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, kedua, analisa mengenai sebab-sebab atau akibat- akibat dari persoalan, dan akhirnya aiternatif-alternatif untukjalan keluardari masalah yang dihadapi tersebut.
Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar-benar menemukan semua sebab baikyang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalahr tadi. Setiap masalah hanya bisa dikatakan masalah kalau akibat-akibatyang ditimbulkan telah mencapai titik kritis.
Sebab itu untuk memecahkan masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab-sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak.
Sebuah panitia yang dibentuk untuk mengatasi masalah bencana alam yang terjadi karena banjir yang melanda suatu daerah, tidak akan berhasil kalau ia hanya bertugas untuk mengumpulkan bahan makanan atau pakaian bagi yang ditimpa musibah. la harus menganalisa mengapa sampai terjadi banjir, di samping menemukan aklbat-akibat yang terjadi.
Dengan mengemukakan aiternatif-alternatif untuk mengatasi banjir di kemudian hail, dan menyarankan cara-cara untuk menanggulangi akibat-akibat yang telah dan akan terjadi, diharapkan masalah itu dapatdiatasi secara tuntas.

4)    Urutan Umum – Khusus
Urutan umum-khusus terdiri dari dua corak yaitu dan umum ke khusus, atau dari khusus ke umum.
Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama-tama mernperkenalkan kelompok-kelompok yang paling besar atau yang paling umum, kemudian menelusuri kelompok-kelompok khusus atau kecil. Pertama-tama penulis menguraikan misalnya bangsa Indonesia secara keseluruhan, kemudian turun kepada hal-hal yang lebih khusus kepada suku-suku bangsa yang membentuk bangsa Indonesia seperti: suku Batak, Aceh, Sunda, Melayu, Jawa, dsb. Dari uraian yang bersifat khusus tadi, penulis bisa melangkah kepada hal yang lebih khusus lagi, yaitu perincian dari tiap suku bangsa tadi.
Urutan khusus-umum menjpakan kebalikan dari uraian di atas. Penulis mulai uraiannya mengenai hal-hal yang khusus kemudian meningkat kepada hal-hal yang umum yang mencakup hal-hal yang khusus tadi, atau mulai membicarakan individu-individu kemudian kelompok-kelompok.
Urutan ini merupakan salah satu urutan yang paling lazim dalam corak berpikirmanusia. Dalam mengadakan pengelompokan-pengelompokan terhadap dunia hewan, maka ahli-ahli mulai meneliti hewan-hewan secara individual, kemudian menggabungkannya menjadi keluarga, species, dan sebagainya.
Urutan umum – khusus dapat mengandung implikasi bahwa hal yang umum sudah diketahui penulis, sedangkan tugasnya selanjutnya adalah mengadakan identifikasi sejauh mana hal-hal yang khusus mengikuti pola umum tadi. Sebaliknya urutan khusus – umum dapat mengandung implikasi bahwa hal khusus maupun umum sama sekali belum diketahui.
Hanya untuk menemukan suaiu kaidah yang umum perlu diselidiki terlebih dahulu hal-hal yang khusus secara saksama.
Urutan umum-khusus ini sebenamya dapat mencakup pula urutan sebab-akibat, klimaks, pemecahan masalah. Atau dapat pula mengambil bentuk klasifikasi, atau ilustrasi. Dalam ilustrasi mula-mula dikemukakan suatu pernyataan yang umum, kemudian diajukan penjelasan-penjelasan dan bila perlu dikemukakan ilustrasi-ilustrasi yang dapat berbentuk contoh, atau perbandingan dan pertentangan.

5)    Urutan Familiaritas
Urutan Familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal. Secara logis memang agak ganjil jika pengarang mulai menguraikan sesuatu yang tidak dikenalnya, atau yang tidak dikenal pembaca.
Bila pembaca tidak memahami persoalannya sejak permulaan, maka ia tidak akan melanjutkan pembacaannya. Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini misalnya diterapkan dengan mempergunakan analogi. Mula-mula diuraikan hal yang telah diketahui, kemudian diuraikan hal yang akan diperkenalkan dengan menunjukkan kesamaan-kesamaan dengan hal yang pertama tadi.
Seorang penulis diminta untuk membuat suatu uraian mengenai video-fon. Banyak orang yang belum mengetahui alat macam mana video-fon itu, dan bagaimana kerjanya. Namun ada sejumlah barang yang dikenal yang termasuk dalam keluarga ini.
Untuk itu penulis mengemukakan hal-hal yang paling dikenal (familiar) dan berangsur-angsur semakin kurang dikenal hingga akhirnya mengemukakan alat tadi. Penulis menjelaskan bagaimana kerjanya sebuah alat telegraf, radio, telefon, radio- telefoni, teievisi, dan akhirnya video-fon.
Bila telegraf hanya bekerja sepihak, maka telefon bekerja timbal-balik. Bila radio bekerja hanya sepihak, maka radio-telefoni bekerja timbal-balik. Demikian pula bila teievisi bekerja hanya searah, maka video-fon bekerja dua arah timbal-balik. Pembaca akan menerima dengan niudah uraian mengenai video-fon, karena beberapa alat yang sudah familiar.

6)    Urutan Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal yang sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca.
Sebab itu sebelum menguraikan gagas- an-gagasan yang mungkin ditolak oleh pembaca, penulis harus mengemukakan gagasan-gagasan yang kiranya dapat diterima oleh pembaca dan sekaligus gagasan-gagasan itu menjadi landasan pula bagi gagasan yang mungkin akan ditolak itu.
Dalam diskusi tentang penghapusan penjajahan di muka bumi ini, seorang kolonial tidak akan menerima desakan untuk meninggalkan daerah jajahannya.
Penulis harus mulai membica- rakan prinsip-prinsip yang diterima oleh tokoh kolonial tadi. Prinsip- prinsipyang kiranya dapat diterima oleh siapa pun adalah: manusia pada dasarnya dilahirkan bebas, sebab itu setiap orang berhak untuk menentukan nasibnya sendiri, mengatur rumah-tangganya sendiri.
Bila prinsip ini diterima, penulis boleh melangkah lebih jauh bahwa dengan demikian tiap orang bebas pula mengadakan kumpulan-kumpulan untuk mengatur kepentingan mereka bersama.
Kumpulan-kumpulan ini dalam bentuk besarnya dapat berupa suku atau bangsa. Sebab itu setiap kelompok, suku atau bangsa juga mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya untuk mengatur rumah-tangganya, bebas menentukan nasibnya dan sebagainya. Kalau prinsip di atas diterima, maka hal yang khusus, yaitu masalah penjajahan yang merampas kebebasan suatu kelompok itu, harus pula dilenyapkan dari muka bumi ini.
Suatu hal yang perlu ditegaskan di sini sebelum melangkah kepada persoalan yang lain, adalah bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan pola kerangka karangan yang sama dalam seluruh karangan. Konsistensi harus terletak dalam tingkatan serta satuan yang sama.
Misalnya bila pada topik-topik utama telah dipergunakan urutan waktu kronologis), maka pengarang harus meniaga agar hanya topik-topik yang mengandung urutan waktu saja yang dapat disajikan dalam topik utamanya. Satuan-satuan topik bawahan dapat mempergunakan urutan lain sesuai dengan kebutuhannya.



BAB III

KESIMPULAN


Dengan adanya struktur Karangan Ilmiah, ternyata sangat membantu si penulis dalam menulis Karangan Ilmiah tersebut tanpa keluar dari tujuan penulisan tersebut. Diawali dengan adanya perencanaan penulisan karangan ilmiah yang diawali dengan pemilihan topic dan menentukan pembatasan topik, lalu diikuti dengan pemilihan judul dan menetapkan tujuan penulisan. Lalu menetapkan Kerangka Tulisan, dan yang terakhir langkah – langkah penulisan ilmiah, bisa diawali dengan observasi di suatu tempat bahkan peneliatian sendiri.
Nah, dengan adanya perencaan karangan ilmiah tersebut, Kerangka Karangan pun harus diperhatikan karena memiliki fungsi – fungsi yaitu memudahkan si penulis mendapatkan materi tambahan, mengarahkan si penulis agar tidak keluar dari tujuan topik, dan lain – lain. Tanpa adanya Kerangka Karangan, suatu Karangan Ilmiah akan menjadi tidak beraturan karena tidak memiliki struktur – struktur dan tujuan yang jelas dalam suatu Karangan Ilmiah.






DAFTAR PUSTAKA