TUGAS BULAN 3
1. Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah
2. Kerangka Karangan
Nama :
Erianti Anggraini
NPM :
12113919
Kelas :
3KA17
UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA 2015/2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suatu Infomarsi tidak
hanya di dapat pada berita maupun Koran. Suatu Karangan Tulis Ilmiah adalah
salah satu tujuan untuk mendapatkan informasi dari pengujian dan penelitian
sebuah tujuan tertentu. Karangan Tulis Ilmiah, dapat membantu seorang penulis
berfikir lebih luas karena menjaminkan si penulis lebih konseptual dan terarah.
Dalam suatu
Karangan Ilmiah, tentu saja terdapat struktur yang harus di aplikasikan agar
suatu Karangan Ilmiah tidak keluar dari topik atau pembahasan yang dituju.
Salah satu nya
adalah “Kerangka Karangan”, yang menunjukan pola suatu Karangan Ilmiah dapat
ditulis dan menghasilkan suatu Karangan Ilmiah yang baik dan benar.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana cara membuat
suatu Karangan Ilmiah dengan struktur dan Kerangka Karangan yang benar.
1.3. Tujuan Penulisan
1.
Dapat membuat suatu Karangan Ilmiah
dengan pola yang tersruktur
2.
Dapat mengetahui apa saja struktur –
struktur tersebut.
3.
Mengetahui suatu tujuan dari
pembuatan Karangan Ilmiah tanpa keluar dari tujuan pembuatan Karangan Ilmiah
tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
PERENCANAAN
PENULISAN KARANGAN ILMIAH
1.1 Pengertian
Karangan Ilmiah / Karya Tulis Ilmiah
Karangan Ilmiah atau Karya Tulis Ilmiah
merupakan hasil dari penulisan yang diambil dari pengamatan, pengujian, ataupun
penelitian tertentu dan menjadi suatu bentuk semacam makalah, proposal,
skripsi, dll. Suatu Karangan Ilmiah yang baik dan benar bersifat informatif.
1.2 Ciri
– Ciri Karangan Ilmiah
·
Logis, yaitu segala keterangan yang disajikan dapat diterima akal
sehat.
·
Sistematis, yaitu segala yang dikemukakan disusun
dalam urutan yang berkesinambungan.
·
Objektif, yaitu disajikan apa adanya.
·
Tuntas, yaitu semua masalah dikupas secara terperinci dan lengkap.
·
Kebenaranya
dapat diuji.
·
Berlaku
umum bagi semua populasi.
·
Memakai
bahasa yang baku sesuai kaidah bahasa.
1.3 Perencanaan
Penulisan Ilmiah
A. Pemilihan
Topik
Pemilihan Topik
merupakan hal terpenting dalam penulisan ilmiah, karena Pemilihan Topik
menentukan batasan-batasan isi atau permasalahan yang akan dibahas selanjutnya.
Dalam memilih topik karya ilmiah, terdapat beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan :
1)
Topik
sebaiknya dicari yang sesuai dengan bidang karena masalah itu yang paling
dikuasai.
2)
Cermati
bagaimana isi dari tulisan-tulisan itu: gagasan, pengembangan dan
pengorganisasian gagasan dan bahasa.
3)
Topik
sebaiknya dicari yang sesuai dengan bidang karena masalah itu yang paling
dikuasai.
4)
Topik
yang dipilih hendaknya menarik untuk dikaji.
5)
Topik
jangan terlalu luas dan terlalu sempit.
6)
Topik
yang dikaji hendaknya ada manfaatnya untuk menambah ilmu pengetahuan atau
berkaitan.
B. Pembatasan
Topik
Bagi penulis harus bisa membatasi topik yang akan dibuatnya.
karena harus betul-betul yakin bahwa jenis topik yang dipilihnya cukup dan
terbatas sebab ketika membuat jenis topik yang akan dibuatnya apakah sudah ada
atau belum sehingga topik yang dibuatnya dapat terfokus.
C. Pemilihan
Judul
Dimana akan menggambarkan
tingkat kedalaman dan cakupan dari sebuag penelitian yang akan dibahas. Bagi
pembaca, judul akan dianggap memiliki bobot dari sebuah hasil penelitian yang
ditulis, tidak sembarang menggunakan nama judul penelitian bahkan merupakan
gambaran jenis mutu tulisan yang akan dikerjakannya.
D. Menentukan
Tujuan Penulisan
Istilah
menetapkan tujuan penulisan yaitu menyampaikan maksud dari gagasan penulisan
atau penelitian yang akan di buat, sehingga pembaca dapat mengetahui manfaat
yang diperoleh dari isi tersebut. sering kali penulis memberikan tujuan yang
sangat luas sedangkan dalam pembuatan ada batasan jadi topik yang dibahas akan
keluar dari apa yang sudah dibataskan.
E.
Menentukan Kerangka Karangan
Penulisan akan lebih terarah
dan sesuai dengan tujuan dibuatnya karangan ilmiah tersebut, Kerangka akan
membuat supaya tidak melenceng terlalu jauh lagi sehingga kerangka merupakan
suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu tulisan. Disusun
dengan cara sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur.
Fungsi dari kerangka karangan itu:
·
Untuk
menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
·
Kerangka
karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan tulisan dalam sekilas
pandang.
·
Memudahkan
penulis menciptakan puncak klimaks yang berbeda-beda.
·
Menghindari
penggarapan topik dua kali atau lebih.
·
Dengan
mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangkan, penulis lebih mudah
untuk mengembangkan apa yang ingin dijabarkan.
F. Langkah-Langkah
Penulisan Ilmiah
Metode penelitian
dan pengembangan menulis karya ilmiah merupakan suatu cara dengan pelaksanaan
secara sistematis dan objektif yang mengikuti aturan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1)
Melakukan observasi dan menetapkan
masalah dan tujuan.
“Langkah awal dalam penulisan ilmiah yaitu melakukan
pengamatan atas objek yang diteliti dan menetapkan masalah dan tujuan yang akan
diteliti.”
2)
Menyusun hipotesis.
“Dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari
objek penelitian.”
3)
Menyusun rancangan penelitian.
4)
Melaksanakan percobaab berdasarkan metode
yang direncanakan.
“Kegiatan nyata dari proses penelitian dalam bentuk uji
percobaan terkait penelitian yang dilakukan.”
5)
Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan
data.
6)
Menganalisis dan menginterprrestasikan
data.
“Menjelaskan segala kondisi yang terjadi
pada saat pengamatan atau penelitian.”
7)
Merumuskan kesimpulan.
“Menarik kesimpulan dari semua proses
percobaan, pengamatan, penganalisaan dan penginterprestasian terhadap objek
penelitian.”
8)
Melaporkan hasil penelitian.
“Merupakan proses yang telah menyusun
sebuah karya tulis ilmiah yang akan memberikan manfaat bagi pembaca.”
KERANGKA KARANGAN
2.1
Definisi Kerangka Karangan
Kerangka Karangan
adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang
akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis,
logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk
mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema
yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi
penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam
melanjutkan tulisannya.
2.2
Manfaat Kerangka Karangan
Adapun manfaat kerangka karangan
secara umum adalah untuk menyusun karangan secara teratur. Selain itu ada
beberapa manfaat kerangka karangan, antara lain :
A.
Mempermudah pembahasan tulisan.
B.
Menghindari isi tulisan keluar dari
tujuan awal.
C.
Menghindari penggarapan sebuah topik
sampai dua kali atau lebih.
D.
Memudahkan penulis mencari materi
tambahan.
E.
Menjamin penulis bersifat
konseptual, menyeluruh, dan terarah.
F.
Memudahkan penulis mencapai klimaks
yang berbeda-beda.
2.3
Penyusunan Kerangka Karangan
Pola Susunan
Kerangka Karangan Menurut Para Ahli Bahasa Untuk memperoleh suatu susunan
kerangka karangan yang teratur, biasanya dipergunakan beberapa cara atau tipe
susunan. Pola susunan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis.
Pola alamiah dan suatu kerangka karangan biasanya didasarkan atas urutan – urutan
kejadian, atau urutan – urutan tempat atau ruang. Sebaliknya pola logis
walaupun masih ada sentuhan dengan keadaan yang nyata, tetapi lebih dipengaruhi
oleh jalan pikiran manusia yang menghadapi persoalan yang tengah digarap itu.
A. Pola
Alamiah
Susunan atau Pola Alamiah adalah suatu urutan unit-unit
kerangka – karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan
alamiah itu didasarkan pada ketiga (atau keempat) dimensi dalam kehidupan
manusia: atas – bawah, melintang – menyebrang, sekarang – nanti, dulu –
sekarang, timur – barat, dan sebagainya. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi
lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu (urutan
kronologis), urutan berdasarkan ruang (urutan spasial), dan urutan berdasarkan
topik yang sudah ada.
1)
Urutan
Waktu (Kronologis)
Urutan
waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang didasarkan pada runtunan
peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Yang paling mudah dalam pola urutan ini
adalah mengurutkan peristiwa menurut urutan kejadiannya atau berdasarkan
kronologinya; peristiwa yang satu mendahului yang lain, atau suatu peristiwa
mengikuti peristiwa yang lain. Sering suatu peristiwa hanya akan menjadi
penting bila dilihat dalam rangkaian dengan peristiwa-peristiwa lainnya. Biasanya
peristiwa yang pertama sama sekali tidak menarik perhatian, sampai rangkaian
kejadian itu mengalami perkembangan.
Suatu corak lain
dan urutan kronologis yang sering diper-gunakan dalam roman, novel, cerpen, dan
dalam bentuk karangan naratif lainnya, adaiah suatu variasi yang muiai dengan
suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan sorot-balik (flash¬back)
sejak awal mula perkembangan hingga titik yang mene¬gangkan tadi. Uraian
selanjutnya mencakup perkembangan sesudah apa yang dikemukakan daiam bagian
pertama yaitu titik yang menegangkan tadi.
Urutan kronologis
adaiah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu-satunya cara yang
kurang menarik dan paling lemah. Sering, terutama daiam menjelaskan suatu
proses, urutan ini merupakan cara yang esensial.
2)
Urutan
Ruang (Spasial)
Urutan Ruang atau Urutan Spasial menjadi landasan yang paling
penting, bila topik yang diuraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan
ruang atau tempat. Urutan ini terutama digunakan daiam tulisan-tulisan yang bersifat
deskriptif. Pembaca akan mengikuti jalan pikiran penulis dengan teratur seandainya
penulis muiai menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke
barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya.
Uraian
tentang kepadatan penduduk suatu daerah dapat dikemukakan dengan landasan
urutan geografis (dari timur ke barat, atau dari utara keselatan);deskripsi
mengenai sebuah gedung bertingkat dapat dilakukan dari tingkat pertama
berturut- turut hingga tingkat terakhir; observasi terhadap candi Borobudur
dgpat dilakukan dari tingkat atau teras terbawah berturut-turut hingga teras
teratas, dengan mengikuti arah jarum jam.
3)
Topik
yang Ada
Suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan daiam pola
alamiah adaiah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu barang, hal, atau
peristiwa sudah dikenal dengan bagian-bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal
tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian-bagian itu harus dijelaskan
berturut-turut daiam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih
penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian-bagiannya itu.
Laporan keuangan selalu akan terdiri dari dua bagian yaitu
pemasukan dan pengeluaran, dengan tidak mempersoalkan mana yang didahulukan dan
mana yang diuraikan kemudian. Perserikatan Bangsa-Bangsa terdiri dari beberapa
badan. Penulis boleh mengurutkan bagian-bagian itu tanpa implikasi bahwa yang
diuraikan lebih dahulu itu merupakan bagian yang lebih penting dari bagian yang
diuraikan kemudian.
B. Pola
Logis
Sering
terdengar ucapan ’’Manusia adalah hewan yang berakal budi”. Berarti manusia
mempunyai suatu kesanggupan lebih dari hewan- hewan lainnya yaitu sanggup
menanggapi segala sesuatu yang berada di sekitarnya dengan kemampuan akal
budinya. la mencoba mencari hubungan-hubungan antara bermacam-macam peristiwa.
Kemampuan budinya
itu tercermin pula dalam usaha menyusun suatu uraian sesuai dengan
tanggapannya. Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan
landasan bagi setiap persoalan, mampu dituang dalam suatu susunan atau umtan
logis. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang
inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Sebenarnya semua
topik yang diurutkan dalam suatu hubungan yang logis itu bertolak dari
topik-topik yang sudah ada. Namun topik yang sudah ada itu oleh penulis
dicarikan hubungannya satu sama lain, diberikan tanggapan dan diberi ciri- ciri
tertentu.
Macam-macam
Urutan Logis yang dikenal adalah:
1) Urutan Klimaks dan Anti Klimaks
Urutan
ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu
dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang
paling menonjol. Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir
rangkaian maka urutan ini disebut klimaks. Dalam urutan klimaks pengarang
menyusun bagian – bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin
meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepen- tingannya,
bertingkat-tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian.
Urutan yang merupakan kebalikan dan klimaks adalah anti
klimaks. Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan
berangsur – angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau
kepentingannya. Urutan ini hanya efektif kalau topik – topik yang dikemukakan
itu berupa hal – hal yang konkret, misalnya: hirarki pemerintahan, hirarki
jabatan, dan sebagainya.
Sebaliknya untuk menguraikan gagasan-gagasan yang abstrak
maka urutan anti- klimaks akan menimbulkan kesulitan karena tidak menarik
perhatian; kalau sesuatu yang penting telah dikemukakan maka hal-hal yang
penting tidak akan menarik lagi.
Dasar dari urutan ini adalah bahwa orang tidak akan menaruh
perhatian lagi terhadap hal-hal yang kurang penting seandainya hal yang paling
penting sudah dikemukakan lebih dahulu. Kekecewaan orang terhadap anti – klimaks
disebabkan oleh kegagalan menempatkan bagian yang paling penting atau yang
paling tinggi pada tempat yang tepat.
2)
Urutan
Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke
akibat, dan urutan akibat ke sebab. Pada pola yang pertama suatu masalah
dianggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian
yang menelusuri akibat – akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif
dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan – persoalan yang
dihadapi umat manusia pada umumnya.
Sebaliknya, bila suatu masalah dianggap sebagai akibat, yang
dilanjutkan dengan perincian – perincian yang berusaha mencari sebab – sebab yang
menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat – sebab. Mengapa
seorang ditangkap?
Karena
melakukan korupsi. Jadi persoalan pertama yang dikemukakan adalah peristiwa
penangkapan itu sendiri yang dianggap sebagai akibat, kemudian penulis berusaha
mencari sebab – sebabnya yang dikemukakan dalam tindakan korupsi. Cara ini
merupakan cara yang paiing umum.
3)
Unitan
Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah
te;ientu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah
tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan
masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau
persoalan tadi, kedua, analisa mengenai sebab-sebab atau akibat- akibat dari
persoalan, dan akhirnya aiternatif-alternatif untukjalan keluardari masalah
yang dihadapi tersebut.
Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara
tuntas, penulis harus benar-benar menemukan semua sebab baikyang langsung
maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalahr tadi. Setiap masalah hanya
bisa dikatakan masalah kalau akibat-akibatyang ditimbulkan telah mencapai titik
kritis.
Sebab itu untuk memecahkan masalah tersebut tidak bisa hanya
terbatas pada penemuan sebab-sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat
baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang
akan terjadi kelak.
Sebuah panitia yang dibentuk untuk mengatasi masalah bencana
alam yang terjadi karena banjir yang melanda suatu daerah, tidak akan berhasil
kalau ia hanya bertugas untuk mengumpulkan bahan makanan atau pakaian bagi yang
ditimpa musibah. la harus menganalisa mengapa sampai terjadi banjir, di samping
menemukan aklbat-akibat yang terjadi.
Dengan
mengemukakan aiternatif-alternatif untuk mengatasi banjir di kemudian hail, dan
menyarankan cara-cara untuk menanggulangi akibat-akibat yang telah dan akan
terjadi, diharapkan masalah itu dapatdiatasi secara tuntas.
4)
Urutan
Umum – Khusus
Urutan umum-khusus terdiri dari dua corak yaitu dan umum ke
khusus, atau dari khusus ke umum.
Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama-tama
mernperkenalkan kelompok-kelompok yang paling besar atau yang paling umum,
kemudian menelusuri kelompok-kelompok khusus atau kecil. Pertama-tama penulis
menguraikan misalnya bangsa Indonesia secara keseluruhan, kemudian turun kepada
hal-hal yang lebih khusus kepada suku-suku bangsa yang membentuk bangsa
Indonesia seperti: suku Batak, Aceh, Sunda, Melayu, Jawa, dsb. Dari uraian yang
bersifat khusus tadi, penulis bisa melangkah kepada hal yang lebih khusus lagi,
yaitu perincian dari tiap suku bangsa tadi.
Urutan khusus-umum menjpakan kebalikan dari uraian di atas.
Penulis mulai uraiannya mengenai hal-hal yang khusus kemudian meningkat kepada
hal-hal yang umum yang mencakup hal-hal yang khusus tadi, atau mulai
membicarakan individu-individu kemudian kelompok-kelompok.
Urutan ini merupakan salah satu urutan yang paling lazim
dalam corak berpikirmanusia. Dalam mengadakan pengelompokan-pengelompokan
terhadap dunia hewan, maka ahli-ahli mulai meneliti hewan-hewan secara
individual, kemudian menggabungkannya menjadi keluarga, species, dan
sebagainya.
Urutan umum – khusus dapat mengandung implikasi bahwa hal
yang umum sudah diketahui penulis, sedangkan tugasnya selanjutnya adalah
mengadakan identifikasi sejauh mana hal-hal yang khusus mengikuti pola umum
tadi. Sebaliknya urutan khusus – umum dapat mengandung implikasi bahwa hal
khusus maupun umum sama sekali belum diketahui.
Hanya untuk menemukan suaiu kaidah yang umum perlu
diselidiki terlebih dahulu hal-hal yang khusus secara saksama.
Urutan
umum-khusus ini sebenamya dapat mencakup pula urutan sebab-akibat, klimaks,
pemecahan masalah. Atau dapat pula mengambil bentuk klasifikasi, atau
ilustrasi. Dalam ilustrasi mula-mula dikemukakan suatu pernyataan yang umum,
kemudian diajukan penjelasan-penjelasan dan bila perlu dikemukakan
ilustrasi-ilustrasi yang dapat berbentuk contoh, atau perbandingan dan
pertentangan.
5) Urutan Familiaritas
Urutan Familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang
sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang
dikenal. Secara logis memang agak ganjil jika pengarang mulai menguraikan
sesuatu yang tidak dikenalnya, atau yang tidak dikenal pembaca.
Bila pembaca tidak memahami persoalannya sejak permulaan,
maka ia tidak akan melanjutkan pembacaannya. Dalam keadaan-keadaan tertentu
cara ini misalnya diterapkan dengan mempergunakan analogi. Mula-mula diuraikan
hal yang telah diketahui, kemudian diuraikan hal yang akan diperkenalkan dengan
menunjukkan kesamaan-kesamaan dengan hal yang pertama tadi.
Seorang penulis diminta untuk membuat suatu uraian mengenai
video-fon. Banyak orang yang belum mengetahui alat macam mana video-fon itu,
dan bagaimana kerjanya. Namun ada sejumlah barang yang dikenal yang termasuk
dalam keluarga ini.
Untuk itu penulis mengemukakan hal-hal yang paling dikenal
(familiar) dan berangsur-angsur semakin kurang dikenal hingga akhirnya
mengemukakan alat tadi. Penulis menjelaskan bagaimana kerjanya sebuah alat telegraf,
radio, telefon, radio- telefoni, teievisi, dan akhirnya video-fon.
Bila
telegraf hanya bekerja sepihak, maka telefon bekerja timbal-balik. Bila radio
bekerja hanya sepihak, maka radio-telefoni bekerja timbal-balik. Demikian pula
bila teievisi bekerja hanya searah, maka video-fon bekerja dua arah
timbal-balik. Pembaca akan menerima dengan niudah uraian mengenai video-fon,
karena beberapa alat yang sudah familiar.
6)
Urutan
Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila
urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal yang sudah
dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan
apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu
pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca.
Sebab itu sebelum menguraikan gagas- an-gagasan yang mungkin
ditolak oleh pembaca, penulis harus mengemukakan gagasan-gagasan yang kiranya
dapat diterima oleh pembaca dan sekaligus gagasan-gagasan itu menjadi landasan
pula bagi gagasan yang mungkin akan ditolak itu.
Dalam diskusi tentang penghapusan penjajahan di muka bumi ini,
seorang kolonial tidak akan menerima desakan untuk meninggalkan daerah
jajahannya.
Penulis harus mulai membica- rakan prinsip-prinsip yang
diterima oleh tokoh kolonial tadi. Prinsip- prinsipyang kiranya dapat diterima
oleh siapa pun adalah: manusia pada dasarnya dilahirkan bebas, sebab itu setiap
orang berhak untuk menentukan nasibnya sendiri, mengatur rumah-tangganya
sendiri.
Bila prinsip ini diterima, penulis boleh melangkah lebih
jauh bahwa dengan demikian tiap orang bebas pula mengadakan kumpulan-kumpulan
untuk mengatur kepentingan mereka bersama.
Kumpulan-kumpulan ini dalam bentuk besarnya dapat berupa
suku atau bangsa. Sebab itu setiap kelompok, suku atau bangsa juga mempunyai
hak dan kebebasan sepenuhnya untuk mengatur rumah-tangganya, bebas menentukan
nasibnya dan sebagainya. Kalau prinsip di atas diterima, maka hal yang khusus,
yaitu masalah penjajahan yang merampas kebebasan suatu kelompok itu, harus pula
dilenyapkan dari muka bumi ini.
Suatu hal yang perlu ditegaskan di sini sebelum melangkah kepada
persoalan yang lain, adalah bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan pola
kerangka karangan yang sama dalam seluruh karangan. Konsistensi harus terletak
dalam tingkatan serta satuan yang sama.
Misalnya
bila pada topik-topik utama telah dipergunakan urutan waktu kronologis), maka
pengarang harus meniaga agar hanya topik-topik yang mengandung urutan waktu
saja yang dapat disajikan dalam topik utamanya. Satuan-satuan topik bawahan
dapat mempergunakan urutan lain sesuai dengan kebutuhannya.
BAB III
KESIMPULAN
Dengan adanya
struktur Karangan Ilmiah, ternyata sangat membantu si penulis dalam menulis
Karangan Ilmiah tersebut tanpa keluar dari tujuan penulisan tersebut. Diawali
dengan adanya perencanaan penulisan karangan ilmiah yang diawali dengan
pemilihan topic dan menentukan pembatasan topik, lalu diikuti dengan pemilihan
judul dan menetapkan tujuan penulisan. Lalu menetapkan Kerangka Tulisan, dan
yang terakhir langkah – langkah penulisan ilmiah, bisa diawali dengan observasi
di suatu tempat bahkan peneliatian sendiri.
Nah, dengan
adanya perencaan karangan ilmiah tersebut, Kerangka Karangan pun harus
diperhatikan karena memiliki fungsi – fungsi yaitu memudahkan si penulis
mendapatkan materi tambahan, mengarahkan si penulis agar tidak keluar dari
tujuan topik, dan lain – lain. Tanpa adanya Kerangka Karangan, suatu Karangan
Ilmiah akan menjadi tidak beraturan karena tidak memiliki struktur – struktur dan
tujuan yang jelas dalam suatu Karangan Ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar