Telekomunikasi adalah proses pertukaran informasi dengan
jarak jauh dilihat dari kata “tele” yang berarti jauh dan “komunikasi” yang
berarti proses pertukaran informasi.
Telekomunikasi harus didukung oleh teknologi yang memungkinkan antara
saru individu dengan individu lain tanpa mempedulikan letak geografis. Dalam
perkembangannya, teknologi telekomunikasi mulai menjadi hal yang sangat
penting, karena teknologi ini meningkatkan keefektifan manusia untuk
berhubungan dalam jarak yang sangat jauh sekalipun. Sampai sekarang, kebutuhan
manusia akan teknologi ini masih sangat tinggi. Dulu, hanya orang-orang dewasa
yang membutuhkannya untuk menjalankan bisnis, pekerjaan ataupun menghubungi
kerabatnya yang tinggal jauh dari mereka. Sekarang, bahkan remaja dang anak
kecilpun membutuhkan teknologi ini. Para remaja menggunakannya untuk keperluan
sekolah dan menghubungi teman-temannya sedangkan anak kecil biasa
menggunakannya untuk berhubungan dengan orang tuanya yang sedang dinas di luar
kota.
Dari waktu ke waktu, perkembangan teknologi telekomunikasi
semakin berkembang. Awalnya teknologi komunikasi hanya memungkinkan kita untuk
berkomunikasi satu arah, dalam komunikasi ini, sangat sulit untuk mendapatkan
feedback. Sekarang di jaman yang sudah modern ini, kita bahkan sudah bisa
menatap orang yang sedang kita ajak bicara dan mendapatkan feedback dengan
cepat seperti saat kita berkomunikasi secara langsung tanpa menggunakan media
apapun.
Adapun perkembangan Telekomunikasi di Indonesia dengan
kemunculan berbagai provider yang sekarang sangat terkenal adalah sebagai
berikut :
“1984: Teknologi Seluler diperkenalkan di Indonesia“
Teknologi komunikasi seluler mulai diperkenakan pertama
kali di Indonesia. Pada saat itu, Ketika itu, PT Telkom Indonesia bersama
dengan PT Rajasa Hazanah Perkasa mulai menyelenggarakan layanan komunikasi
seluler dengan mengusung teknologi NMT -450 (yang menggunakan frekuensi 450
MHz) melalui pola bagi hasil. Telkom mendapat 30% sedangkan Rajasa 70%.
“1985-1992: Penggunaan teknologi seluler berbasis analog Generasi 1
(1G)”
Pada tahun 1985, teknologi AMPS (Advanced Mobile Phone
System, mempergunakan frekuensi 800 MHz, merupakan cikal bakal CDMA saat ini)
dengan sistem analog mulai diperkenalkan, di samping teknologi NMT-470,
modifikasi NMT-450 (berjalan pada frekuensi 470 MHz, khusus untuk Indonesia)
dioperasikan PT Rajasa Hazanah Perkasa. Teknologi AMPS ditangani oleh empat
operator: PT Elektrindo Nusantara, PT Centralindo Panca Sakti, dan PT
Telekomindo Prima Bakti, serta PT Telkom Indonesia sendiri. Regulasi yang
berlaku saat itu mengharuskan para penyelenggara layanan telepon dasar bermitra
dengan PT Telkom Indonesia.
Pada saat itu, telepon seluler
yang beredar di Indonesia masih belum bisa dimasukkan ke dalam saku karena
ukurannya yang besar dan berat, rata-rata 430 gram atau hampir setengah
kilogram. Harganya pun masih mahal, sekitar Rp10 jutaan.
Pada tahun 1967, PT Indonesian
Satellite Corporation Tbk (Indosat, sekarang PT. Indosat Tbk) didirikan sebagai
Perusahaan Modal Asing (PMA), dan baru memulai usahanya pada 1969 dalam bidang
layanan telekomunikasi antarnegara. Pada 1980, Indosat resmi menjadi Badan
Usaha Milik Negara.
“1993: Awal pengembangan GSM”
Pada Oktober 1993, PT Telkom Indonesia memulai
pilot-project pengembangan teknologi generasi kedua (2G), GSM], di Indonesia.
Sebelumnya, Indonesia dihadapkan pada dua pilihan: melanjutkan penggunaan
teknologi AMPS atau beralih ke GSM yang menggunakan frekuensi 900 MHz.
Akhirnya, Menristek saat itu, BJ Habibie, memutuskan untuk menggunakan teknologi
GSM pada sistem telekomunikasi digital Indonesia.
Pada waktu itu dibangun 3 BTS (Base Transceiver Station),
yaitu satu di Batam dan dua di Bintan. Persis pada 31 Desember 1993,
pilot-project tersebut sudah on-air. Daerah Batam dipilih sebagai lokasi dengan
beberapa alasan: Batam adalah daerah yang banyak diminati oleh berbagai
kalangan, termasuk warga Singapura. Jarak yang cukup dekat membuat sinyal
seluler dari negara itu bisa ditangkap pula di Batam. Alhasil, warga Singapura
yang berada di Batam bisa berkomunikasi dengan murah meriah, lintas negara tapi
seperti menggunakan telepon lokal. Jadi pilot-project ini juga dimaksudkan
untuk menutup sinyal dari Singapura sekaligus memberikan layanan komunikasi
pada masyarakat Batam.
“1994: Kemunculan operator GSM pertama”
PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul sebagai
operator GSM pertama di Indonesia, melalui Keputusan Menteri Pariwisata, Pos,
dan Telekomunikasi No. PM108/2/MPPT-93, dengan awal pemilik saham adalah PT
Telkom Indonesia, PT Indosat, dan PT Bimagraha Telekomindo, dengan wilayah
cakupan layanan meliputi Jakarta dan sekitarnya. Pada periode ini, teknologi
NMT dan AMPS mulai ditinggalkan, ditandai dengan tren melonjaknya jumlah
pelanggan GSM di Indonesia. Beberapa faktor penyebab lonjakan tersebut antara
lain, karena GSM menggunakan Kartu SIM yang memungkinkan pelanggan untuk
berganti handset tanpa mengganti nomor. Selain itu, ukuran handset juga sudah
lebih baik, tak lagi sebesar 'pemukul kasti'.
“1995: Kemunculan telepon rumah nirkabel”
Penggunaan teknologi GMH 2000/ETDMA diperkenalkan oleh
Ratelindo. Layanan yang diberikan oleh Ratelindo berupa layanan Fixed-Cellular
Network Operator, yaitu telepon rumah nirkabel. Pada tahun yang sama,
kesuksesan pilot-project di Batam dan Bintan membuat pemerintah memperluas
daerah layanan GSM ke provinsi-provinsi lain di Sumatera. Untuk memfasilitasi
hal itu, pada 26 Mei 1995 didirikan sebuah perusahaan telekomunikasi bernama
Telkomsel, sebagai operator GSM nasional kedua di Indonesia, dengan kepemilikan
bersama Satelindo.
“1996: Awal perkembangan layanan GSM”
Pada akhir tahun 1996, PT Excelcomindo Pratama (Excelcom,
sekarang XL Axiata) yang berbasis GSM muncul sebagai operator seluler nasional
ketiga. Telkomsel yang sebelumnya telah sukses merambah Medan, Surabaya,
Bandung, dan Denpasar dengan produk Kartu Halo, mulai melakukan ekspansi ke
Jakarta. Pemerintah juga mulai turut mendukung bisnis seluler dengan
dihapuskannya bea masuk telepon seluler. Alhasil, harga telepon seluler dapat
ditekan hingga Rp1 juta. Pada 29 Desember 1996, Maluku tercatat menjadi
provinsi ke-27 yang dilayani Telkomsel. Pada tahun yang sama, Satelindo
meluncurkan satelit Palapa C2, dan langsung beroperasi pada tahun itu juga.
“1997-1999: Telekomunikasi seluler pada masa krisis moneter”
Pada tahun 1997, Pemerintah bersiap memberikan 10 lisensi
regional untuk 10 operator baru yang berbasis GSM 1800 atau PHS (Personal
Handy-phone System. Keduanya adalah sama seperti GSM biasa, namun menggunakan
frekuensi 1800 MHz). Namun, krisis moneter 1998 membuat rencana itu batal.
Pada tahun yang sama, Telkomsel memperkenalkan produk
prabayar pertama yang diberi nama Simpati, sebagai alternatif Kartu Halo. Lalu
Excelcom meluncurkan Pro-XL sebagai jawaban atas tantangan dari para kompetitornya,
dengan layanan unggulan roaming pada tahun 1998. Pada tahun tersebut, Satelindo
tak mau ketinggalan dengan meluncurkan produk Mentari, dengan keunggulan
perhitungan tarif per detik.
Walaupun pada periode 1997-1999 ini Indonesia masih
mengalami guncangan hebat akibat krisis ekonomi dan krisis moneter, minat
masyarakat tidak berubah untuk menikmati layanan seluler. Produk Mentari yang
diluncurkan Satelindo pun mampu dengan cepat meraih 10.000 pelanggan. Padahal,
harga kartu perdana saat itu termasuk tinggi, mencapai di atas Rp100 ribu dan
terus naik pada tahun berikutnya. Hingga akhir 1999, jumlah pelanggan seluler
di Indonesia telah mencapai 2,5 juta pelanggan, yang sebagian besar merupakan
pelanggan layanan prabayar.
“2000-2002: Deregulasi dan kemunculan operator CDMA”
Telkomsel dan Indosat memperoleh lisensi sebagai operator
GSM 1800 nasional sesuai amanat Undang-Undang Telekomunikasi No. 36/1999.
Layanan seluler kedua BUMN itu direncanakan akan beroperasi secara bersamaan
pada 1 Agustus 2001. Pada tahun yang sama, layanan pesan singkat (Inggris:
Short Message Service/SMS) mulai diperkenalkan, dan langsung menjadi primadona
layanan seluler saat itu.
Pada tahun 2001, Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media
Mobile (Indosat-M3), yang kemudian menjadi pelopor layanan GPRS (General Packet
Radio Service) dan MMS (Multimedia Messaging Service) di Indonesia. Pada 8
Oktober 2002, Telkomsel menjadi operator kedua yang menyajikan layanan
tersebut.
Masih pada tahun 2001, pemerintah mengeluarkan kebijakan
deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. PT
Telkom Indonesia pun tak lagi memonopoli telekomunikasi, ditandai dengan
dilepasnya saham Satelindo pada Indosat. Pada akhir 2002, Pemerintah Indonesia
juga melepas 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd
(SingTel). Kebijakan ini menimbulkan kontroversi, yang pada akhirnya membuat
Pemerintah terus berupaya melakukan aksi beli-kembali/buyback.
Pada Desember 2002, Flexi hadir sebagai operator CDMA
pertama di Indonesia, di bawah pengawasan PT Telkom Indonesia, menggunakan
frekuensi 1.900 MHz dengan lisensi FWA (Fixed Wireless Access). Artinya, sistem
penomoran untuk tiap pelanggan menggunakan kode area menurut kota asalnya,
seperti yang dipergunakan oleh telepon berbasis sambungan tetap dengan kabel
milik Telkom.
“2003-2004: Kemunculan operator 3G pertama”
Satelindo meluncurkan layanan GPRS dan MMS pada awal 2003,
dan menjadi operator seluler Indonesia ketiga yang meluncurkan layanan
tersebut.
Melalui Keputusan Dirjen Postel No. 253/Dirjen/2003 tanggal
8 Oktober 2003, pemerintah akhirnya memberikan lisensi kepada PT Cyber Access
Communication (sekarang PT Hutchison Charoen Pokphand Telecom) sebagai operator
seluler 3G pertama di Indonesia melalui proses tender, menyisihkan 11 peserta
lainnya. CAC memperoleh lisensi pada jaringan UMTS (Universal Mobile
Telecommunications System) atau juga disebut dengan W-CDMA (Wideband-Code
Division Multiple Access) pada frekuensi 1.900 MHz sebesar 15 MHz.
Pada November 2003, Indosat mengakuisisi Satelindo,
Indosat-M3, dan Bimagraha Telekomindo. Pada akhirnya, ketiganya dilebur ke
dalam PT Indosat Tbk. Maka sejak saat itu, ketiganya hanya menjadi anak
perusahaan Indosat.
Di bulan yang sama, PT Radio dan Telepon Indonesia
(Ratelindo) berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom dan meluncurkan produk esia
sebagai operator CDMA kedua berbasis FWA, yang kemudian diikuti dengan
kehadiran Fren sebagai merek dagang PT Mobile-8 Telecom pada Desember 2003,
namun dengan lisensi CDMA berjelajah nasional, seperti umumnya operator seluler
berbasis GSM. PT Indosat Tbk menyusul kemudian dengan StarOne pada bulan Mei
2004, juga dengan lisensi CDMA FWA.
Pada Februari 2004, Telkomsel meluncurkan layanan EDGE
(Enhanced Data Rates for GSM Evolution), dan menjadikannya sebagai operator
EDGE pertama di Indonesia. EDGE sanggup melakukan transfer data dengan
kecepatan sekitar 126 kbps (kilobit per detik) dan menjadi teknologi dengan
transmisi data paling cepat yang beroperasi di Indonesia saat itu. Bahkan menurut
GSM World Association, EDGE dapat menembus kecepatan hingga 473,8
kilobit/detik.
Sejak April 2004, para operator seluler di Indonesia
akhirnya sepakat melayani layanan MMS antar-operator. Pada akhir tahun 2004,
jumlah pelanggan seluler sudah menembus kurang lebih 30 juta. Melihat
perkembangan yang begitu pesat, di prediksi pada tahun 2005 jumlah pelanggan
seluler di Indonesia akan mencapai 40 juta.
Pada Mei 2004, PT Mandara Seluler Indonesia meluncurkan
produk seluler Neon di Lampung pada jaringan CDMA 450 MHz. Namun Neon tak bisa
berkembang akibat kalah bersaing dengan operator telekomunikasi lainnya, sampai
akhirnya diambil alih oleh Sampoerna kemudian mengubah namanya menjadi
Sampoerna Telekomunikasi Indonesia pada 2005, dan menjadi cikal bakal Ceria.
Pada tanggal 17 September 2004, PT Natrindo Telepon Seluler
(Lippo Telecom, sekarang PT Axis Telekom Indonesia) memperoleh lisensi layanan
3G kedua di Indonesia. Perusahaan ini memperoleh alokasi frekuensi sebesar 10
MHz.
“2005-2008: Era reformasi Pertelekomunikasian Indonesia”
Pada Mei 2005, Telkomsel berhasil melakukan ujicoba
jaringan 3G di Jakarta dengan menggunakan teknologi Motorola dan Siemens,
sedangkan CAC baru melaksanakan ujicoba jaringan 3G pada bulan berikutnya. CAC
melakukan ujicoba layanan Telepon video, akses internet kecepatan tinggi, dan
menonton siaran MetroTV via ponsel Sony Ericsson Z800i. Setelah melalui proses
tender, akhirnya tiga operator telepon seluler ditetapkan sebagai pemenang
untuk memperoleh lisensi layanan 3G, yakni PT Telekomunikasi Selular
(Telkomsel), PT Excelcomindo Pratama (XL), dan PT Indosat Tbk (Indosat) pada
tanggal 8 Februari 2006. Dan pada akhir tahun yang sama, ketiganya meluncurkan
layanan 3G secara komersial.
Pada Agustus 2006, Indosat meluncurkan StarOne dengan
jaringan CDMA2000 1x EV-DO di Balikpapan. Pada saat yang sama, Bakrie Telecom
memperkenalkan layanan ini pada penyelenggarakan kuliah jarak jauh antara
Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan California Institute for
Telecommunication and Information (Calit2) di San Diego State University (UCSD)
California.
Pemerintah melalui Depkominfo mengeluarkan Permenkominfo
No. 01/2006 tanggal 13 Januari 2007 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio 2.1
GHz Untuk Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler IMT-2000, menyebutkan bahwa
penyelenggaraan jaringan tetap lokal dengan mobilitas terbatas hanya dapat
beroperasi di pita frekuensi radio 1.900 MHz sampai dengan 31 Desember 2007.
Jaringan pada frekuensi tersebut kelak hanya diperuntukan untuk jaringan 3G.
Operator dilarang membangun dan mengembangkan jaringan pada pita frekuensi
radio tersebut.
Maka, berdasarkan keputusan tersebut, para operator seluler
CDMA berbasis FWA yang menghuni frekuensi 1.900 MHz harus segera bermigrasi ke
frekuensi 800 MHz. Saat itu ada dua operator yang menghuni frekuensi CDMA 1.900
MHz, yaitu Flexi dan StarOne. Akhirnya, Telkom bekerjasama dengan Mobile-8
dalam menyelenggarakan layanan Fren dan Flexi, sedangkan Indosat dengan produk
StarOne bekerja sama dengan Esia milik Bakrie Telecom.
Jumlah pengguna layanan seluler di Indonesia mulai
mengalami ledakan. Jumlah pelanggan layanan seluler dari tiga operator terbesar
(Telkomsel, Indosat, dan Excelcom) saja sudah menembus 38 juta. Itu belum
termasuk operator-operator CDMA. Hal ini disebabkan oleh murahnya tarif layanan
seluler jika dibandingkan pada masa sebelumnya yang masih cukup mahal.
Namun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia
yang sekitar 220 juta pada saat itu, angka 38 juta masih cukup kecil. Para
operator masih melihat peluang bisnis yang besar dari industri telekomunikasi
seluler itu. Maka, untuk meraih banyak pelanggan baru, sekaligus mempertahankan
pelanggan lama, para operator memberlakukan perang tarif yang membuat tarif
layanan seluler di Indonesia semakin murah.
Namun di balik gembar-gembor tarif murah itu, BRTI (Badan
Regulasi Telekomunikasi Indonesia) dan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha)
menemukan fakta menarik, ternyata para operator seluler telah melakukan kartel
tarif layanan seluler, dengan memberlakukan tarif minimal yang boleh
diberlakukan di antara para operator yang tergabung dalam kartel tersebut.
Salah satu fakta lain yang ditemukan BRTI dan KPPU adalah adanya kepemilikan
silang Temasek Holdings, sebuah perusahaan milik Pemerintah Singapura, di PT
Indosat Tbk (Indosat) dan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), yang membuat
tarif layanan seluler cukup tinggi.
Maka, pemerintah melalui Depkominfo akhirnya mengeluarkan
kebijakan yang mengharuskan para operator seluler menurunkan tarif mereka
5%-40% sejak bulan April 2008, termasuk di antaranya penurunan tarif
interkoneksi antar operator. Penurunan tarif ini akan dievaluasi oleh
pemerintah selama 3 bulan sekali.
“2009-2012 : Perkembangan telekomunikasi di Indonesia”
Di Indonesia pada tahun 2009, telah beroperasi sejumlah 10
operator dengan perkiraan jumlah pelanggan sekitar 175,18 juta. Berikut ini
adalah Tabel Perolehan pelanggan per tahun 2009 pada setiap Operator :
Seiring berjalannya waktu, kita menyadari betapa pentingnya
komunikasi dalam kelangsungan hidup kita. Sampai akhirnya jarak menjadi
satu-satunya yang membatasi proses komunikasi. Akhirnya, manusia terus mencoba
dan berusaha untuk menghilangkan batasan-batasan tersebut sampai akhirnya,
sekarang kita memiliki apa yang disebut teknologi telekomunikasi.
***
Sekarang,
kita bisa mengetahui perkembangan Telekomunikasi Indonesia dari tahun ke tahun.
Inilah perkembangan singkat telekomunikasi di Indonesia bukan menurut provider,
tapi menurut perkembangan zaman ke zaman yang semakin modern adalah sebagai
berikut :
Di Indonesia, awalnya jaringan telepon masih dibatasi oleh
lautan, karena waktu itu Indonesia masih menggunakan telepon kabel.
Satu-satunya cara untuk berkomunikasi antarpulau adalah menggungakan SKKL
(Saluran Komunikasi Kabel Laut). Tetapi sistem SKKL ini masih sangat mahal dan
cara penggunaannya cukup sulit. Jangkauan telepon Indonesia mulai berkembang
saat peluncuran satelit Palapa. Saat satelit ini mulai mengorbit, Indonesia
sudah memperluas jangkauannya ke seluruh nusantara walaupun masih ada
daera-daerah yang belum bisa menerima sinyal.
Indonesia
sendiri sudah meluncurkan satelit ini pada tanggal 29 Juli 1976. Penamaan
palapa sendiri diambil dari buah pala yang memiliki sejarah. Mahapatih Gajah
Mada bersumpah tidak akan menikmati buah pala jika belum bisa menyatukan
nusantara. Dengan duluncurkannya satelit ini, diharapkan rakyat Indonesia dapat
berkomunikasi dengan lebih mudah satu sama lainnya. Alasan lain adalah untuk
mempermudah komunikasi Indonesia dengan negara-negara lain.
Satelit
Palapa tidak hanya bermanfaat untuk telepon, namun juga untuk pengiriman
faksimili, telex, telegram, videotext. Dalam bentuk lain, satelit ini juga
membantu dalam penyiaran serta sistem cetak jarak jauh untuk surat kabar.
Pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia mulai berkembang semenjak
peluncuran satelit ini. perkembangan ini memberikan nilai positif bagi
Indonesia karena ini membuat negara lain tidak memandang rendah dan enggan
untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan berkembangnya infrastruktur, penanaman
investasi asing di Indonesiapun juga mulai berkembang.
Sekarang
sistem telekomunikasi di Indonesia sudah sangat berkembang. Setelah masa
perkembangan teknologi ini, mulailah berbagai macam jenis telepon seluler
beredar dan mulai diminati di Indonesia. Sudah banyak pula operator-operator
yang beredar di sekitar masyarakat untuk melengkapi berbagai jenis dan merk
telepon seluler yang sekarang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat
selain layangan telepon, layanan pesan singkat (SMS) juga mulai diminati
masyarakat karena praktis dan tidak memakan biaya yang cukup besar. Bahkan
sekarang sebagian besar operator sudah mulai mempromosikan brandnya dengan
paket-paket yang meminimalisir biaya penggunaan telepon seluler untuk menarik
konsumennya.
Setelah
mengalami masa perkembangan jaringan telekomunikasi, barulah berbagai macam dan
model ponsel mulai masuk ke pasar Indonesia dengan mengikuti perkembangan
operator-operator dalam negeri. Sekarang, sudah penggunaan telepon seluler
sudah sangat luas dan tersebar di mana-mana. Berbagai macam operator juga sudah
mulai mempromosikan brand mereka untuk menarik minat konsumennya. Karena
kebutuhan, masyarakat juga sudah menganggap penting penggunaan teknologi ini.
Namun,
dalam perkembangannya, teknologi telekomunikasi juga memiliki kekurangan.
Penggunaan telepon seluler kadang bukan hanya mendekatkan orang yang jauh, tapi
juga menjauhkan orang yang dekat. Kadang orang tua yang sibuk bekerja tidak
begitu memperhatikan anaknya yang sedang di rumah karena bagi mereka, mereka
tetap bisa menghubungi anaknya melalui telepon. Kadang juga, orang cenderung
melupakan apa yang ada di sekitarnya karena mereka merasa asik berkomunikasi
dengan orang yang jauh ketimbang dengan orang yang lebih dekat. Semua kekurangan
ini dapat kita minimalisir dengan cara memilah mana yang baik dan mana yang
buruk dari penggunaan teknologi ini dan berusaha meninggalkan yang buruk.
***
Kesimpulan :
Tak
bisa dipungkiri, kini masyarakat Indonesia tidak bisa hidup tanpa adanya komunikasi.
Ya, komunikasi di Indonesia sendiri sangat berdampak baik sebagai alat yang
mempermudah komunikasi ini. Jarak tidak menjadi kan alasan lagi untuk tidak
bisa berkomunikasi di zaman sekarang ini. Apalagi zaman sekarang perkembangan
teknologi semakin pesat dengan adanya Handphone yang multi fungsi, tidak hanya
untuk SMS dan menelefon saja, bahkan HP ini seperti computer berjalan yang
sangat memudahkan aktivitas manusia sehari –hari.
Nah,
alat telekomunikasi tersebut membutuhkan provider (Jaringan Telekomunikasi)
untuk menerima sinyal dari satelit dan itulah sebabnya sekarang kita dapat
berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Macam – macam provider kini hadir di
Indonesia dan menjadi daya saing untuk menciptakan provider terbaik pilihan
masyarakat Indonesia.
So,
kita bisa merasakanya sekarang dengan adanya telekomunikasi ini, apalagi yang
sudah hidup di zaman millennium, pasti sangat merasakan perkembangan
telekomunikasi di Indonesia.
Sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_seluler_di_Indonesia
- http://komunikasi.us/index.php/course/2808-teknologi-telekomunikasi-dalam-perkembangannya
Sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_seluler_di_Indonesia
- http://komunikasi.us/index.php/course/2808-teknologi-telekomunikasi-dalam-perkembangannya