TUGAS BULAN 2
1.
Pilihan Kata (Diksi)
2.
Kalimat Efektif
3.
Alinea atau Paragraf
Nama
: Erianti Anggraini
NPM : 12113919
Kelas : 3KA17
UNIVERSITAS
GUNADARMA
PTA
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Dalam suatu kalimat entah itu dalam bentuk lisan atau
tulisan, pasti terdapat ungkapan terhadap tanggapan atau objek yang kita lihat
atau dengar. Dikenal dengan istilah Diksi, kita bisa membedakan kata umum dan
kata khusus sesuai dengan kondisi yang ada.
Selain kita memerlukan Diksi dalam pelafalan kalimat,
kalimat efektif juga diperlukan dalam kehidupan sehari – hari agar dalam
pengaplikasianya tidak menimbulkan kalimat rancu. Tanpa kita sadari, kita
sering melakukan kesalahan pada kalimat efektif menjadi tidak efektif lagi.
Maka dari itu, diperlukanya kita mempelajari kalimat efektif ini agar kita
tidak salah dalam menggunakan kalimat efektif ini.
Salah satu syarat kalimat itu menjadi efektif adalah
kerangka paragraf yang berurut dan benar. Jika paragraph tidak digunakan dalam
membuat suatu kalimat, pasti kalimat itu menjadi tidak relevan. Sebuah paragraf
harus memiliki arti atau penjelasan terhadap topic yang sedang dibahas.
1.2. Rumusan
Masalah
Bagaimana cara membuat memilih pilihan kata yang tepat agar
menjadi kalimat yang efektif dan menyusunya ke dalam sebuah paragraph atau
alinea.
1.3. Tujuan
Penulisan
1. Dapat
memahami pilihan kata (Diksi) dalam sebuah kalimat.
2. Dapat
mendeteksi kesalahan dalam ketidak efektifan suatu kalimat.
3.
Mengetahui apa pentingnya paragraph
dalam suatu kalimat dan dapat membuat suatu kalimat sesuai urutan strukrur atau
rangka paragraf.
BAB II
PEMBAHASAN
PILIHAN KATA (DIKSI)
1.1
Pengertian Diksi
·
Diksi bisa diartikan sebagai pilihan
kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti
pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan
dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan
ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang
tinggi.
·
Diksi dalam arti aslinya dan pertama,
merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti
kedua “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara
jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan
ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi
daripada pemilihan kata dan gaya.
(Wikipedia : Diksi)
·
Plilihan kata atau diksi mencakup
pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan,
bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan
– ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
·
Pilihan kata atau diksi adalah
kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
·
Pilihan kata yang tepat dan sesuai
hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan
kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata
suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Selain itu juga Diksi, digambarkan dengan kata – seni
berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga
kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan
dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Atau kemampuan membedakan
secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai
rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
1.2
Denotatif dan Konotatif
·
Denotatif
Makna Denotatif adalah makna dalam alam
wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa
adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara
objektif. Singkatnya, makna Denotatif adalah kata kata yang umum dan tidak
menimbulkan efek kiasan.
·
Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul
dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual. Dengan kata lain, Konotatif adalah kiasan dari
Denotatif yang merujuk pada kalimat atau kata khusus yang professional.
Contoh
Pemakaian Kata Denotatif dan Konotatif :
1. D à Buah Apel itu manis dan lezat.
K à Warna merah Buah Apel itu sangat
menggoda.
Pada makna Denotatif dan Konotatif
diatas, terlihat jelas sekali keduanya memiliki makna atau arti yang sama. Bahasa
Denotatif dari kalimat di atas adalah manis dan lezat, makna umum yang memang
ditujukan untuk sesuatu yang bisa dimakan. Konotatif pada contoh diatas merujuk
pada perasaan atas apa yang dia lihat dan dia rasakan ketika melihat buah Apel
itu.
2. Perhatikan kalimat berikut ini :
“Bapak itu banting tulang agar dapat menafkahi keluarganya”
Makna Denotatif pada
kalimat ini adalah “Banting” dan “Tulang. Maksudnya makna “Banting Tulang”
adalah bekerja keras. Maka dari itu, makna banting tulang tersebut adalah makna
Konotatif
KALIMAT
EFEKTIF
2.1
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang
sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah
dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif
mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya
seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika
memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
1. Mudah
dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak
menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan
pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4.
Sistematis dan tidak bertele-tele.
2.2
Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif:
a. Kesepadanan
Struktur
Kespadanan adalah keseimbangan antara
gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat.
Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan
kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:
o Memiliki
subjek dan predikat yang jelas. Contoh:
- Bagi
semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidak efektif)
- Semua
siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour. (Efektif)
Untuk menghindari ketidak jelasan
subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan Subjek.
o Tidak
memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal. Contoh:
- Pembangunan
Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. (Tidak Efektif)
- Dalam
membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. (Efektif)
b. Kepararelan
Bentuk
Kalimat efektif memiliki kesamaan
bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan
bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya
berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata
selanjutnya berbentuk nomina. Contoh:
- Langkah-langkah dalam menulis kalimat
efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt
efektif. (Tidak efektif)
- Langkah-langkah dalam menulis kalimat
efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat
efektif. (Efektif)
c. Kehematan
Kata
Kalimat efektif tidak menggunakan
kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan
kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah:
o Menghindari
unsur yang sama pada kalimat majemuk. Contoh:
àSaya tidak suka buah
apel dan saya tidak suka duren. (Tidak efektif)
àSaya
tidak suka buah apel dan duren. (Efektif)
o
Menghindari kesinoniman dalam kalimat. Contoh:
à Saya
hanya memiliki 3 buah buku saja. (Tidak efektif)
à Saya
hanya memiliki 3 buah buku. (Efektif)
o
Menghindari penjamakan kata pada kata
jamak
à Para
mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung
rektorat. (Tidak efektif)
àPara
mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.
(Efektif)
d. Kecermatan
Cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak
menimbulkan kerancuan dan makna ganda. Contoh:
à Guru
baru pergi ke ruang guru. (Tidak efektif)
à Guru
yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)
e. Ketegasan
Kalimat efektif memberikan penegasan kepada
ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada
kalimat efektif.
o
Meletakan kata kunci di awal kalimat. Contoh:
à
Sudah saya baca buku itu. (Tidak efektif)
à
Buku itu sudah saya baca. (Efektif)
o Mengurutkan
kata secara bertahap. Contoh:
à Pertemuan itu
dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan
presiden. (Tidak efektif)
à Pertemuan itu
dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan
gubernur. (Efektif)
f. Kepaduan
Kalimat efektif memiliki kepaduan
pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah. Contoh:
à Budi membicaran tentang
pengalaman liburannya. (Tidak
efektif)
à Budi membicarak
pengalaman liburannya. (Efektif)
g. Kelogisan
Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau
dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD. Contoh:
à Waktu
dan tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)
à Bapak
kepala sekolah kami persilahkan! (Efektif)
Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus
ada atau dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif
kalimat tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau
pembacanya.
2.2
Jenis Kesalahan Dalam Menyusun Kalimat
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah
pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh
kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
à Banyak
tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung
kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
à Fitur terbarunya
Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih
efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.
ü Fitur
terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah
pemilihan kata
Contoh:
à Saya mengetahui kalau ia kecewa.
ü Saya
mengetahui bahwa ia kecewa.
4. Salah
nalar
Contoh:
à Bola gagal masuk gawang.
ü Bola
tidak masuk gawang.
5. Pengaruh
bahasa asing atau daerah (interferensi)
o
Bahasa asing
à Saya
tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan
pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
“I live in Semarang where my mother
works.”
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya
kalimat tersebut menjadi:
ü
Saya tinggal di Semarang tempat ibu
saya bekerja.
o
Bahasa daerah
à Anak-anak
sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya
kalimat tersebut menjadi:
ü Anak-anak
sudah datang.
6. Kata
depan yang tidak perlu
à Di
program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Agar menjadi efektif, sebaiknya kita
menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi:
ü Program
ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
2.3 Beberapa Hal Yang Mengakibatkan Suatu
Tuturan Kata Menjadi Kurang Efektif
1. Kurang
padunya kesatuan gagasan.
Setiap tuturan terdiri atas beberapa
satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan
gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat
pada contoh berikut:
“Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai
pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas
perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti
lunak keluaran Microsoft.”
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut
tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan
tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang
saling bertautan.
2. Kurang
ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata
dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari
sudut maknanya, misalnya:
“ Cuaca
hari ini sangat begitu panas”
Penggalan Kalimat ini sangat tidak
efektif karena kata “Begitu” pada kalimat ini sangatlah tidak perlu. Lebih baik
kalimat tersebut menjadi
“Cuaca hari ini sangat panas”
3. Kurang
logis susunan gagasannya.
Tulisan dengan susunan gagasan yang
kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:
“Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya
ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya
memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat
putih telur.”
Kita dapat membuat tulisan itu menjadi
efektif seperti berikut:
“Semua makhluk hidup
memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam. Manusia
adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal
dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.”
4. Pemakaian
kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
“Sehubungan dengan
hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat menjadi
bahasa internasional.”
Pemakaian kata bilang
tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya
diganti dengan mengatakan.
5. Konstruksi
yang bermakna ganda.
Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin
tidak salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga
tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat
kita lihat pada kalimat-kalimat:
“Istri kopral yang nakal itu membeli
sepatu.”
Unsur yang nakal itu menerangkan istri
atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu
seharusnya menjadi:
“Istri yang nakal kopral itu membeli
sepatu.”
6. Penyusunan
kalimat yang kurang cermat.
Penyusunan yang kurang cermat dapat
mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga
kalimat menjadi kurang efektif.
“Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan
ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi
yang tangguh.”
Kalimat tersebut dapat diperbaiki
seperti berikut:
“Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan,
yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang
tangguh.”
7. Bentuk
kata dalam perincian yang tidak sejajar.
Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam
perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika
dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda,
frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja,
benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar). Contoh kalimat yang perinciannya tidak
sejajar:
“Kegiatan penelitian meliputi
pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.”
Seharusnya:
“Kegiatan penelitian meliputi
pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.”
2.4
Cara Menulis Kalimat Efektif
1. Mengetahui
Tujuan Tulisan
Suatu tulisan dibuat pasti dengan
tujuan tertentu, misal: mendidik, membujuk, menyuruh, atau berbagi informasi.
Bertanyalah pada diri sendiri: apa yang ingin dicapai oleh tulisan kita? Dengan
mengetahui tujuan tulisan, kita dapat menyusun kalimat-kalimat yang mendukung
pencapaian tujuan tersebut.
2. Menentukan
Gaya Penyampaian
Gaya penyampaian tidak berarti
mempermanis pesan yang pahit. Kita bisa menanggapi keluhan secara efektif
dengan cara menghilangkan kemarahan si pengeluh: “Kami memahami keluhan Anda.
Kami meminta maaf atas ketidakpuasan Anda.” Kemudian sampaikan pendapat kita:
“Kami menerima semua keluhan pelanggan kami secara sungguh-sungguh dan mencoba
untuk menangani penyebab keluhan tersebut”. Pesan yang kita disampaikan akan
lebih efektif jika kita menyampaikannya secara profesional.
3. Menyampaikan
Secara Positif
Menyampaikan gagasan secara positif
memudahkan pembaca menangkap pesan yang ingin kita sampaikan. Menyampaikan
pesan secara negatif memancing tanggapan negatif pula. Contoh penyampaian
secara negatif: “Mustahil bagi saya untuk memenuhi tenggat waktu itu.”
Alih-alih, sampaikan pesan secara positif, misal: “Mari kita bahas jadwal dan
tenggat waktu yang dapat kita tepati bersama.”
4. Mengukur
Keluaran
Keefektifan tulisan dapat diukur dari
keluarannya. Bertanyalah pada diri sendiri: bagaimana tanggapan pembaca
terhadap pesan yang kita sampaikan? Jika tulisan kita efektif, pembaca akan
memahami pesan yang kita sampaikan dan akan menjawab apa yang kita perlukan
atau menerima penjelasan kita. Contoh, jika kita menulis tentang suatu produk
terbaru dan kita menerima banyak permintaan akan penjelasan lebih lanjut,
berarti tulisan kita tidak mampu mencapai tujuannya, yakni menjelaskan produk
baru.
5. Mengenali
Pembaca
Pengenalan akan pembaca sasaran
membantu kita membentuk tulisan. Pikirkan tentang siapa yang akan membaca
tulisan kita, apa saja yang sudah mereka ketahui, dan bagaimana menyajikan
gagasan secara efektif bagi mereka. Contoh, dalam suatu laporan internal
perusahaan, kita bisa gunakan istilah atau singkatan yang telah dipahami para
rekan kerja. Dalam surat kepada pelanggan baru, kita harus hindari istilah
teknis dan sebaiknya menyertakan informasi tentang perusahaan kita. Kita
menulis tidak untuk memuaskan diri kita, tetapi kita menulis untuk mencapai
suatu tujuan.
6. Mempertimbangkan
Konteks
Kita sebaiknya tidak hanya mengenali pembaca tulisan kita,
tetapi juga aras formalitas yang pantas. Beberapa tempat mengharuskan tulisan
yang resmi profesional, sedangkan beberapa tempat lain mungkin mengijinkan
tulisan yang lebih santai dengan gaya tak resmi. Ketika kita mewakili
perusahaan kita, selalu sampaikan secara resmi, misal: “Terimakasih Anda telah
bersedia meluangkan waktu makan siang untuk membahas proposal kami.” Ketika menulis
untuk keluarga atau kawan, kita mungkin tak perlu mengikuti sepenuhnya tata dan
gaya bahasa, misal: “Terimakasih untuk makan siang tadi! Senang bertemu
denganmu.”
ALINEA atau PARAGRAF
3.1
Pengertian Paragraf / Alinea
Paragraf disebut juga alinea. Kata
tersebut merupakan serapan dari bahasa Inggris paragraph. Kata Inggris
“paragraf” terbentuk dari kata Yunani para yang berarti “sebelum” dan grafein
“menulis atau menggores”. Sedangkan kata alinea dari bahasa Belanda dengan
ejaan yang sama. Alinea berarti “mulai dari baris baru” (Adjad Sakri,1992).
Paragraf atau alinea tidak dapat dipisah-pisahkan seperti sekarang, tetapi
disambung menjadi satu. Menurut Lamuddin Finoza, paragraf adalah satuan bentuk
bahasa yang biasanya merupakan gabungan beberapa kalimat, sedangkan dalam
bahasa Yunani, sebuah paragraf (paragraphos, “menulis di samping” atau
“tertulis di samping”) adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau
ide. Jadi, paragraf atau alinea adalah suatu bagian dari bab pada sebuah
karangan yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru dan
kalimat yang membentuk paragraf atau alinea harus memperlihatkan kesatuan
pikiran. Selain itu, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf atau alinea harus
saling berkaitan dan hanya membicarakan satu gagasan. Bila dalam sebuah
paragraf atau alinea terdapat lebih dari satu gagasan, paragraf atau alinea itu
tidak baik dan perlu dipecah menjadi lebih dari satu paragraf atau alinea.
3.2
Pembagian Paragraf atau Alinea
Ø Paragraf/Alinea
Pembuka.
Paragraf ini
merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan
menyusul kemudian. Paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian
pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan
disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menerik perhatian ini ialah dengna
mengutip pertanyaan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka atau
orang yang terkenal. Sebagai awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus mampu
menjalankan fungsi:
a) Menghantar
pokok pembicaraan.
b) Menarik
minat dan perhatian pembaca.
c)
Menyiapkan atau menata pikiran pembaca
untuk mengetahui isi seluruh karangan
Ø
Paragraf/Alinea Pengembangan
Paragraf pengembangan ialah paragraf yang terletak antara
paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab.
Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Paragraf
pengembangna mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Satu paragraf
dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan dengan cara ekspositoris,
dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentative
yang akan dibicarakan pada halaman-halaman selanjutnya. Secara lebih rinci
dapat dirumuskan bahwa fungsi paragraf pengembang di dalam karangan adalah:
a) Mengemukakan
inti persoalan.
b) Mempersiapkan
dasar atau landasan bagi kesimpulan.
c) Meringkas
alinea sebelumnya.
d)
Menjelaskan hal yang akan diuraikan
pada paragraf berikutnya.
Ø Paragraf/Alinea
Penutup
Paragraf penutup
adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir suatu
kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Paragraf penutup berupa
simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.
Karena paragraf ini dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan,
penyajiannya harus memperhatikan hal berikut ini:
a) Sebagai
bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang.
b) Isi
paragraf harus benar-benar merupakan penutup atau kesimpulan akhir sebagai
cerminan inti seluruh uraian.
c)
Sebagai bagian paling akhir yang dibaca,
hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.
3.3
Struktur atau Rangka Paragraf
Paragraf pada umumnya dapat
diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu kalimat topik atau kalimat pokok dan
kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik adalah kalimat yang
berisi ide pokok atau ide utama paragraf. Kalimat ini merupakan kalimat
terpenting yang harus ada dalam setiap paragraf. Jika kalimat topik tidak ada
dalam satu paragraf, berarti ide paragraf itu juga tidak ada. Adapun kalimat
penjelas atau pendukung sesuai dengan namanya berfungsi mendukung atau
menjelaskan ide utama yang terdapat di dalam kalimat topik. Ciri kalimat topik
dan kalimat penjelas adalah sebagai berikut.
Ciri kalimat topik:
1. Mengandung
permasalahn yang potensial untukdirinci dsn diuraikan lebih lanjut.
2. Merupakan
kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
3. Mempunyai
arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu
paragraf.
4.
Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung
atau penghubung/transisi.
Ciri kalimat
penjelas:
1. Sering
merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti). Arti
kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain
dalam satu paragraf.
2. Pembentukannya
sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung/transisi.
3.
Isinya berupa rincian, keterangan,
contoh dan data tambahan lain yang bersifat memperjelas (mendukung) kalimat
topik.
3.4
Posisi Kalimat Topik Paragraf atau Alinea
ü
Pada Awal Paragraf ( Deduktif)
Kalimat
pokok ditempatkan pada bagian awal paragraf sehingga paragraf bersifat
deduktif, yaitu cara penguraian yang menjadikan pokok permasalahan lebih
dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan
paragraf (urutan umum-khusus).
ü
Akhir Paragraf ( Induktif)
Kalimat
pokok yang ditempatkan pada akhir paragraf akan membentuk paragraf induktif,
yaitu cara penguraian yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah
diakhiri dengan pokok pembicaraan (urutan khusus-umum). Penyajian paragraf dengan cara ini lebih sulit jika
dibandingakan dengan paragraf deduktif, tetapi paragrafnya akan terasa lebih
argumentatif.
ü
Pada awal dan akhir paragraf/alinea
Kalimat
pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf/ alinea sehingga
terbentuk paragraf/alinea campuran. Kalimat pada akhir paragraf/alinea akan
lebih bersifat pengulangan atau penegasan kembali gagasan utama paragraf/alinea
yang terdapat pada awal paragraf/alinea.
ü
Pada seluruh paragraf/alinea
Seluruh
kalimat yang membangun paragraf/alinea sama pentingnya sehingga tidak satu pun
kalimat khusus menjadi kalimat topik. Kondisi demikian bisa terjadi akibat
sulitnya menentukan kalimat topik karena kalimat yang satu dengan yang lain
sama-sama penting. Paragraf/alinea semacam ini sering dijumpai dalam
uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan naratif.
BAB
III
KESIMPULAN
Bayangkan jika kita tidak dapat membedakan pilihan kata yang
tepat untuk digunakan di kondisi tertentu, apakah akan menghasilkan tutur
kalimat yang baik? Jawabanya sudah pasti tidak. Jadi, kepentingan kita memahami
suatu pilihan kata atau diksi tidak bisa ditinggalkan. Dalam suatu kalimat
diksi, terkadang terdapat suatu susunan kalimat yang bisa kita sebut kalimat efektif.
Kalimat efektif membuat kita bisa menggunakan suatu kata untuk kalimat
seperlunya saja. Tidak menimbulkan efek ambigu, salah satu fungsi adanya
kalimat efektif. Suatu kalimat yang efektif harus memiliki makna dan arti
sendiri. Itu mengapa ada yang namanya Paragraf atau Alinea. Paragraf adalah
suatu kalimat dalam baris yang memiliki arti tertentu di setiap kalimat nya.
Paragraf memiliki kerangka atau strukturnya tersendiri agar si pembaca dapat
memahami jalan cerita pada suatu kalimat. Itu mengapa sangat penting bagi kita
untuk memahami penempatan kalimat pembuka, kalimat klimaks, dan kalimat penutup
pada suatu paragraph.